NIKMATNYA MENJADI NURSEPRENEUR

Banyak orang selalu memberikan asumsi bahwa seorang entrepreneur itu adalah seorang yang mudah mencari uang dan kekayaan lainnya. Entrepreneur merupakan sosok manusia yang bisa bebas menggunakan waktunya, tanpa khawatir kehabisan uangnya. Enaknya jadi seorang entrepreneur, begitu kata mereka.

Asumsi mereka sesungguhnya benar adanya, memang enak menjadi entrepreneur. Sama hal dengan mengambil keputusan besar dalam hidup untuk tidak menjadi perawat biasa, melainkan mengambil risiko besar menjadi seorang nursepreneur. Risiko besar yang ditanggung namun bukan berarti tanpa kenikmatan yang akan dirasakan jika bisnisnya berhasil.

Memang menjadi nursepreneur menjanjikan banyak hal. Kekayaan dan kebebasan adalah segelintir nikmat menjadi seorang nursepreneur. Di luar itu, banyak nikmat lain yang dapat dicapai oleh nursepreneur. Bayangan akan kenikmatan hidup tersebut menjadi dorongan kuat bagi seseorang untuk berimajinasi betapa nikmatnya menjadi nurseprenuer. Kenikmatan hidup yang dirasakan pada tiap tingkat hirarki kebutuhan manusia seperti yang pernah dijelaskan Abraham Maslow dalam konsep Piramida Kebutuhan Maslow.

Dengan konsep ini, Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramida, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamanan (safety), kebutuhan dicintai (love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (esteem), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization) (Corr, P. J., & Matthews, G, 2009,dalam Aditya, 2010).


Gambar 1. Piramida Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisiologis (physiological)
Kenikmatan pertama menjadi seorang nursepreneur adalah keleluasaan finansial untuk memenuhi kebutuhan fisiologis agar dapat bertahan hidup. Pada hirarki yang paling bawah ini, seorang nursepreneur dapat memenuhi kebutuhan makanan, tidur, minum, seks, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan fisik badan. Kenikmatan yang akan sulit didapatkan dengan hanya menjadi perawat biasa yang saat ini masih terus memperjuangkan kesejahteraan hidupnya.
Perawat yang selalu menghitung-hitung hari kapan tiba saatnya tanggal gajian, tanggal yang dinanti-nantikan. Pengeluaran tiap bulan yang selalu dialokasikan untuk segera dibereskan seperti kontrakan, gas, rekening listrik, SPP anak, cicilan motor, cicilan mobil, perabotan rumah tangga arisan, telepon, PDAM, dan sebagainya, juga harus dikalkulasikan dengan cermat. Beban kerja perawat yang semakin sibuk pun tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan.
Bayangkan bila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal. Misalnya, seseorang mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan, sehingga ia menderita kelaparan, maka ia tidak akan mungkin mampu untuk memikirkan kebutuhan akan keamanannya ataupun kebutuhan aktualisasi diri. Logika sederhananya ialah bagaimana seseorang dapat memikirkan prestasi atau aktualisasi diri, bila dirinya terus menerus dihantui rasa ketakutan akan kelaparan. 

2. Kebutuhan keamanan (safety)
Kenikmatan pada tingkat kedua menjadi seorang nursepreneur ialah rasa aman dalam diri. Baik keamanan secara harfiah (keamanan dari perampok, orang jahat, dan lain-lain), maupun keamanan secara finansial ataupun hal lainnya. Rasa aman akan tercipta ketika nursepreneur memulai dan mengembankan bisnisnya. Mereka akan merasakan dampak yang lebih besar bagi hidup mereka dalam jangka waktu yang panjang. Pada akhirnya, seorang nursepreneur tidak perlu khawatir akan masa depannya.
Berbeda halnya dengan perawat yang bekerja pada orang lain atau institusi pelayanan kesehatan lain yang memiliki berbagai macam risiko. Sewaktu-waktu, atasan mereka dapat memutuskan hubungan pekerjaan meskipun mereka telah menjadi karyawan tetap sekalipun. Belum lagi jika suatu saat nanti perusahaan terkena pailit dan terancam gulung tikar.
Maka pilihan menjadi seorang nursepreneur adalah pilihan yang tepat. Menjadi seorang nursepreneur membuat mereka terbebas dari kemungkinan kehilangan pekerjaan karena berbagai sebab. Merekalah orang yang menentukan kapan bisnis dimulai dan kapan bisnis harus dipindahtangankan ke pihak lain. Dengan kata lain, jaminan pekerjaan mereka terletak di tangan mereka sendiri

3. Kebutuhan kasih sayang/sosial (love/belonging)
Setelah terpenuhinya 2 kebutuhan yang bersifat individu, kini seorang nursepreneur dapa menapaki kebutuhan untuk diterima secara sosial. Kenikmatan pada tingkat ketiga menjadi seorang nursepreneur ialah kesempatan memberi kebermanfaatan bagi  orang lain. Emosi menjadi “pemain” utama dalam hirarki ketiga ini. Perasaan menyenangkan yang dimiliki pada saat kita dapat memberikan kebermanfaatan bagi sekitar, ikut menyejahterakan orang lain, serta menciptakan lapangan kerja baru adalah kenikmatan tersendiri dari terpenuhi kebutuhan sosial ini.
Berbisnis dalam bidang keperawatan membuat hidup mereka tidak sia-sia. Alasannya, mereka tidak hanya menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya untuk bekerja demi diri dan keluarganya, melainkan juga demi orang lain. Menjadi seorang nursepreneur yang mandiri berarti mereka memiliki kesempatan berbagi dengan orang-orang yang tak seberuntung mereka. Pendapatan besar yang didapatkan merupakan titipan yang harus juga diberikan pada orang-orang yang membutuhkan.

4. Kebutuhan percaya diri (esteem)
Kenikmatan pada tingkat keempat menjadi seorang nursepreneur ialah kepercayaan diri yang tinggi. Menjadi nursepreneur berarti mereka yang terbanun menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan modal rasa percaya diri yang tinggi, mereka berdiri di atas kaki sendiri, membangun usaha sendiri, hingga akhirnya sukses.
Pada akhirnya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bersemangat, pantang menyerah, dan selalu optimis dalam menghadapi segala tantangan dalam mengembangkan bisnisnya. Penghargaan dari orang lain pun menambah kepercayaan diri nursepreneur.
Kenikmatan yang tertuang pada hirarki pada tahap keempat dalam piramida kebutuhan Abraham Maslow ini biasanya muncul setelah ketiga kebutuhan yang lebih mendasar sudah terpenuhi. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kebutuhan semacam ini dapat muncul tanpa harus memenuhi ketiga kebutuhan yang lebih mendasar. Sehingga pada akhirnya dengan terpenuhinya kebutuhan percaya diri tersebut, dapat dipastikan bahwa kebutuhan mereka dapat berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
Kenikmatan tertinggi menjadi seorang nursepreneur ialah tercapainya potensi puncak dalam mengaktualisasi diri. Pada hirarki ini, biasanya seseorang akan berhadapan dengan ambisi untuk menjadi seseorang memiliki kemampuan lebih. Seperti mengaktualisasikan diri untuk menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu tertentu, atau hasrat untuk mengetahui serta memenuhi ketertarikannya akan suatu hal. Umumnya, kenikmatan ini akan muncul bila seseorang merasa seluruh kebutuhan mendasarnya sudah terpenuhi.
Lahan bisnis yang ditekuni oleh seorang nursepreneur tidak lain adalah sarana untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri. Mereka sangat sadar keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh keleluasan mengerjakan hal-hal yang disukai. Tidak mungkin seseorang memulai bisnis pribadi di bidang yang tidak disukainya.
Kebebasan seorang nursepreneur untuk memilih sendiri bidang bisnis membuat mereka mencintai bisnisnya. Keleluasaan untuk memilih ini tidak dimiliki oleh perawat biasa lebih senang bekerja di klinik tempat praktik dokter dibandingkan menjalankan fungsi mandiri dari perawat. Oleh karena itu, mereka seringkali merasa terpaksa menjalankan pekerjaan mereka.


 * Tulisan ini merupakan salinan ulang dari buku penulis sendiri, Rio Febrian (2015), yang berjudul “Nursepreneurship: Gagasan & Praktik Kewirausahaan dalam Keperawatan”.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment