Kisahku dan Dia (Masih Berharap)

Shaina POV
Suara jeritan alarm membangunkanku dari perjalanan indah di pulau kapuk. Ku ambil jam itu dan ku lihat waktu menunjukkan pukul 5 segera setelah itu ku matikan alarm jam itu. Karena sudah terbiasa dengan kedisplinan beberapa tahun ini membuatku langsung bergegas bangun dan mempersiapkan diri menantang dunia dengan segala isinya. Sebelum melangkah ke kamar mandi aku melirik handphoneku dan di sana tertera 7 misscall dan 4 sms. Nanti saja aku baca paling dari Caca, gumamku dalam hati sambil membanting telepon genggam super canggih itu ke kasur.

Setelah mempersiapkan diri aku menuju ruang makan sekedar meminta bantuan ibu tercinta untuk membungkuskanku sarapan. Maklum pekerjaanku sebagai seorang auditor menyebabkanku harus disiplin terhadap waktu jadi tidak sempat sarapan di rumah kalau tidak mau terjebak di kemacetan ibukota. Selain itu, peraturan di kantor akuntan tempatku bekerja kedisplinan sangat dinomorsatukan. Pukul 8 harus tiba di kantor apalagi hari ini ada meeting dengan pimpinan mengenai klien yang akan aku datangi hari ini. Mau tidak mau jam 6 aku harus berangkat dan mau tidak mau juga harus sarapan di kantor.

Apalagi kantorku itu terletak di pinggir jalan utama ibukota yang kemacetannya super duper. Setelah semua sudah siap yaitu sarapan dan mobil yang sudah dipanaskan aku pamitan kepada ibu dan ayahku tercinta untuk pergi. Ya, hanya aku sekarang yang tinggal di rumah keluarga ini bersama ayah dan ibu. Ketiga kakakku sudah memiliki keluarga sendiri. Jadilah aku anak bungsu yang amat teramat di sayangi apalagi aku anak perempuan satu-satunya. Ayah dan ibuku sudah lama pensiun dari pekerjaan mereka sebagai pegawai pemerintahan. Saat ini ayah dan ibu sibuk dengan toko mereka masing-masing. Ayah yang pecinta segala burung membuka toko tentang burung dari segala pakan dan makanannya.

Ibuku yang pecinta tanaman dari gadis membuka toko tanaman yang dibantu karyawan. Ya, mereka hanya mengawasi walaupun sekali-kali terjun langsung dalam usaha unik mereka itu. “Ayah,ibu Shaina pamit ya.” Ucapku sambil menyalami kedua tangan mereka bergantian. “Iya kamu hati-hati ya nak, ayah sedih sejak jadi auditor kamu jadi jarang bahkan tidak pernah ya Bu sarapan di rumah.” Ucap ayah yang langsung ditanggapi ibu dengan anggukan. “Ya ini sudah jadi risiko auditor yah. Ayah sabar saja ya.” Ujarku sambil tersenyum selebar mungkin dan setelah itu bergegas menuju mobil PT Cruisher-ku –yang kuberi nama boy- yang sudah dipanaskan dan siap tempur membelah jalanan ibukota.

Lagi-lagi kejebak macet padahal ini baru jam setengah 7 gumamku dalam hati. Aku langsung teringat sms dari Caca yang belum aku baca. Sejak jadi auditor 4 tahun ini kesibukanku memang luar biasa. Yang biasa tiap minggu bertemu dengan sahabatku sekaligus chairmate saat SMA -si Cacasekarang sudah jarang banget. Begitupun juga dengan berkurangnya kegiatan begadang tiap malam sekedar hanya untuk berbagi cerita. Mumpung lagi macet aku baca dulu deh sms dari dia. Sms apa ya dia, gumamku dalam hati sambil membuka kunci handphone canggihku ini dan membaca rentetan kata dari sahabatku itu.

Sms pertama: diterima pukul 01.00.36 dari Caca Na besok malem jam7 kongkow yuk. Lusa kan elo ke Jogja kpn lagi kita ketemu. Udah 2 bulan ni kita gak ketemu. Kangen deh gua. Lo kan janji mau ketemu,besok malam aja ya.

Sms Kedua : diterima pukul 01.05.29 dari Caca Bisa gak elo? Faali kemaren ngehubungin gue katanya mau ikut ketemuan juga. Kangen juga dia sama kita hehe si Rizan kayaknya masih betah di Jogja deh na. Gak ada kabar ya dia kemana aja selama ini heran gue.

Sms Ketiga : diterima pukul 01.08.36 dari Caca Eh iya.. Gue sih berdoa nanti misi lo buat nyari dia berhasil na, kan sekalian tu elo ke sana.Oh iya si Faali bilang katanya hp lo gak aktif makanya dia ngehubungi gue. Pas kan entar dia temenin calon laki gue,  pokoknya kita harus ketemu besok ya gue lusa juga mau pergi ke rumah camer di solo 

Sms keempat: diterima pukul 01.10.36 dari Caca, Shainaaaaaaaaaaa.. lo diutan yah!! Sms gue gak dibls, telpon gue gak diangkat pasti udah molor deh ni, tumben bener gak biasanya L emg capek ya jadi auditor :p. Yaudah bsk pokokny gw tggu di Joytaste. Lagian kan ada si Faali itung2 reunian kecil :P udah lama jg kan qt gak ke sana J. Jangan sampe gak dateng ya na. Gue marah kalo elo gak dtg!!!!

Aku geleng-geleng kepala sendiri baca sms dari Caca, ini orang semangat amat ya tengah malam ngabari berita tentang reunian. Apa dia punya rencana terselubung tentang masa laluku pada acara reunian nanti ya.. aahh tapi tidak mungkin,, desahku. Caca kan tahu nya aku sudah melupakan lakilaki itu. Ya pastilah laki-laki itu tidak mungkin akan datang. Mungkin saja selama kehilangannya 7 tahun ini dia sudah punya kekasih atau mungkin dia sudah menikah. Tapi entah kenapa laki-laki itu selalu memenuhi otak dan hatiku sampai aku menutup hati untuk pria lain selama 7 tahun ini. Ya, tepatnya setelah kelulusan SMA.

Entah perasaan macam apa ini umurku yang sudah 25 tahun ini masih saja mengharapkan pria yang jelas-jelas tidak akan pernah menganggap cintaku. Sekali lagi hatiku ini selalu berkata akan ada keajaiban. Entahlah. Yang jelas aku akan menemuinya dalam perjalanan kerjaku ke Jogja dan jika bertemu aku akan menanyakan hal yang selama ini selalu aku pikirkan apakah pantas dilakukan seorang wanita. Tetapi jika aku tidak bertemu juga dengannya aku akan menunggu selama 2 tahun lagi untuk menunggu ketidakjelasannya selama ini, karena aku yakin dia akan datang kepadaku, tetapi jika masih belum ada kejelasan dari dia aku akan menerima tawaran orang tuaku untuk dijodohkan. Ya aku pasrah. Tetapi kenapa harus di Joytaste sih si Caca ngajak kongkownya. Makin ingat saja kan kenangan masa SMA dulu. Lamunanku terhenti karena terdengat suara rongrongan klakson mobil di belakang mobilku. Ku lirik jam dan ternyata lumayan lama juga aku melamun.

Pukul 7 lewat 20 menit aku sudah tiba di parkiran gedung tempat kantorku bermuara. Masih ada waktu untuk membalas sms Caca dan menghabiskan sarapanku. Sambil memakan sarapanku aku membalas sms Caca. dikirim pukul 07.21.49, Hai Caa,,bawel deh sms elo.. :p iya gue usahain dateng..hhaa untung lo ngingetin gue yah.. lo kan tau gw sibuk!! Tp gue agak telat dikit ya Ca, gue entar ada meeting dulu di kantor. Duuh senengnya yg mau ketemu camer :p ada jg yg mau jdiin lu bini yah..hhee Ok, see you later ya sis :D 

Setelah mengetik pesan itu dan mengirimnya aku bergegas menghabiskan sarapan dan menuju ruanganku untuk menyiapkan berkas-berkas yang mesti dibawa untuk meeting nanti
“Shaina Sucahyo bagaimana persiapan nanti?”suara Pak Dugi menggema di belakangku. Kapan datangnya ya dia kok tiba-tiba sudah di belakangku saja. Salah satu kebiasaan bosku itu jika memanggil atau menyapa pegawainya selalu dengan nama yang lengkap bahkan ada temanku yang namanya 4 kata saja bosku itu hapal. Mungkin itulah kecerdasannya sehingga ia menjadi seorang pimpinan di kantor akuntan ini. Mewarisi kantor milik ayahnya.

“Semua sudah dipersiapkan Pak. Saya sebagai ketua tim sudah memberi tahu anggota untuk mempersiapkan apa saja yang harus dipersiapkan. Saya juga sudah menghubungi mereka bahwa hari ini ada meeting dengan bapak sebelum menuju kantor perwakilan klien kita Pak”. Jawabku dengan suara yang mantap dan tegas. Sejak dipercayakan menjadi ketua tim selama 3 tahun ini otomatis pekerjaanku makin banyak dan padat. Tapi aku bisa mengatasinya dengan memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebaik
mungkin dengan keluarga, sahabat dan teman. 

“Oke saya tunggu kamu beserta tim kamu di ruangan saya ya”. Ujar Pak Dugi sambil tersenyum ramah. Pak Dugi yang bertubuh gemuk dan sudah berusia kepala 5 adalah pribadi yang sangat humoris tetapi tetap tegas. Dia sangat tahu dimana harus serius dan dimana harus santai.

Tak terasa waktu menunjukkan jam makan siang. Aku bergegas membereskan berkas-berkas. Setelah jam makan siang aku beserta tim akan menuju kantor klien. Meeting dengan Pak Dugi tadi cukup memakan waktu. Mengingat aku dan tim akan mengaudit perusahaaan besar dengan anak perusahaan yang banyak pula. Jadi meeting tadi membahas banyak
hal. Besok aku beserta tim akan langsung menuju Jogjakarta dimana kantor pusat perusahaan tersebut berada. Saat mengecek handphone ada balasan dari Caca.

Diterima pukul 12.13.00 dari Caca, Yaelah sok sibuk deh lo yah..tau deh yg auditor..kyknya elo dluan nih yg merit na,, :p gw bru rencana2 doank, blm tau kpnnya..hhaa lo kan tau calon laki gw..angkatan darat,pergi2 mulu..nunggu lulus dlu!!repot dah..

L oke gw tunggu nanti yah..telatnya jgn lama2 ya..entar gw keburu lumutannn :D
Aku tersenyum dan tertawa kecil membaca balasan dari Caca yang sepertinya tidak usah dibalas. Apaan coba aku yang nikah duluan. Jelas-jelas dia yang sudah punya calon duluan. Aku mana coba calonnya. Masih gak jelas alias masih aja berharap. Yang jelas aku masih akan menunggu. Oh iya, jadi inget si Faali sahabatnya si Rizan. Sekaligus sahabatku juga.  Dulu kami berempat-aku,Caca,Faali dan Rizan- duduk depan belakang saat SMA. Dulu kami disebut gerombolan si berat, sebutan tersebut bukan berarti tubuh kami tambun-tambun melainkan karena sering pergi bersama-sama. Tetapi sejak perayaan kelulusan kecil-kecilan kami, Rizan menghilang dengan banyak pertanyaan di otakku. Sedangkan Faali baru muncul lagi sejak 4 tahun belakangan ini yang tanpa sengaja aku bertemu dengannya di kantor klien. Sejak itulah aku kembali merekatkan hubungan kami yang sudah lama renggang walau tanpa Rizan. Memang 1 tahun sejak lulus SMA Faali masih berhubungan dengan Rizan tetapi entah kenapa Rizan tiba-tiba menghilang begitu saja sejak 5 tahun lalu. Jadi baik aku, Caca dan Faali sama sekali tidak tahu keberadaan Rizan persisnya dimana sekarang. Yang jelas ku
ketahui tentangnya ialah ia terakhir pergi ke Jogja untuk kuliah di sana. Dan menurut keyakinan Faali, Rizan masih ada di Jogja. Aku sudah berusaha selama ini menghubunginya tetapi ya itu nihil. Yang jelas selama ini aku juga ikut mencari diam-diam kabar tentang si Rizan.

Kalau terang-terangan bisa dipastikan Faali akan curiga kalau aku memendam rasa cinta sama si Rizan. Ya hanya Caca yang tahu tentang perasaanku ini. Ya perasaan mendalam terhadap sahabat sendiri. Memang ini terdengar sudah biasa tapi aku punya alasan kenapa bisa mencintai sahabat sendiri. Alasannya klasik memang, tetapi yang namanya perasaan mana bisa ditebak.

Menurutku Rizan adalah sosok lelaki yang sangat peduli denganku. Hingga seringnya rasa peduli itu membuat diriku menumbuhkan perasaan cinta terhadapnya. Cinta yang terus berkembang hingga 7 tahun ini. Ia adalah sosok yang menerima aku apa adanya. Tetapi yaitu aku tidak tahu bagaimana persis perasaannya padaku. Inilah perasaan sulit diungkapkan dengan kata-kata. Memang aku tidak berharap kisahku akan seperti novel,drama, atau apapun itu yang berkaitan dengan kisah roman. Lagi-lagi aku hanya yakin bahwa akan ada keajaiban. Perasaanku kuat akan hal itu. Yang jelas sekarang aku harus menunggu walau itu butuh bertahun-tahun hingga 7 tahun ini.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment