Pertemuan Sang Putra Sejak 20 tahun yang lalu, ia ditinggal pergi oleh suami, bertepatan saat sang putri melahirkan. 10 tahun kemudian sang putri ditinggal pergi oleh
Putranya yang tersayang, dan selama kepergian orang yang dicintainya, kekosongan, kesepian dan kesehariannya hanya diisi dengan merawat tubuhnya yang cantik bak bidadari dari khayangan. Kecantikan sang putri tersebar sampai ke pulau seberang melebihi kecantikan 10 tahun yang lalu
dan tercantik dari seluruh yang cantik di Nedgri itu.
Hari ini sang Putri dilamar oleh seorang Kesatria perjaka yang mirip kedua orang terkasih Kesatria Perjaka Tidak mengetahui siapa sebenarnya dirinya itu, yang dia ingat bahwa setelah ia diusir oleh ibunda dia berlari 3 hari 3 malam akhirnya ia terjatuh entah dimana, kemudian Kesatria ditolong oleh penduduk, setelah perawatan 7 hari , sang perjaka melanjutkan pengembaraannya dan berguru pada seorang pertapa menjadikannya Kesatria perkasa sakti mandra guna dan dalam pengembaraannya kesatria menaklukan lawan-lawannya satu persatu dan suka menolong sesama yang menderita.Kesatria lupa segalanya-galanya , yang dia ketahui bahwa sewaktu ditolong oleh penduduk desa ia sementara mengenakan kalung giok yang tak ternilai harganya, Sekarang Kesatria adalah pemenang mutlak suatu sayembara dan diperkenangkan menikahi seorang putri yang cantik jelita, kecantikannya melebihi berita yang tersebar keseantero Negeri
Pelepasan rindu yang tertahan
Tanpa pikir panjang, Kesatria bergegas ke kamar Sang Putri. Sambil mendekat dan menemukan sang putri duduk ditepian pembaringan sambil tersenyum manis namun dipelupuk matanya tampak butir air mata bak mutiara yang memancarkan kebahagian yang tak terhingga. serta merta tangan Kesatria memeluk sang kekasih , mendekap bibir yang mungil
merekah, dan sambutan hangat dari Sang Putri yang tidak kalah aktifnya seakan akan pelampiasan perasaan rindu yang tertahan selama bertahun-tahun..., tak satupun kata kata yang terucap dari kedua insan yang lagi dimabuk kesmaran..lupa segala-galanya, rasanya berada dilangit yang ketujuh, jauh dari kesibukan dunia, kesenangan dan kenikmatan yang meliputi seluruh tonjolan yang menegang dan pori-pori yang mulai mengeluarkan wewangian keringat, tak disadari kedua-duanya saling membantu melepaskan semua ornamen-ornamen yang menutupi tubuh mereka, memberikan peluang semua bentuk tonjolan berkubang dilembah sumur lawan jenisnya, tongkat Kesatria terpeleset kedalam sumur lembut dan hangat milik Sang Putri, megap-megap , keluar-masuk, gerakan pinggul Sang Putri yang indah, kiri-kanan kadang kadang memutar menyeimbangkan gerakan naik turun dari bokong Kesatria, tubuh merekapun silih berganti menukar posisi, kadang-kadan dibawah, terkadang diatas, namun lebih banyak posisi yang tidak beraturan terkadang membentuk angka 69 atau sebaliknya, yang satu duduk diatas, yang lainnya mempertahankan posisi agar tongkat Kesatria tidak terlepas keluar dari bibir
sumur lembut hangat dan menjepit milik Sang Putri. Hanya bunyi nafas yang menderu dari keduanya mengalahkan suara kicauan burung yang bertengger diranting menonton dari diluar jendela. Entah berapa waktu, sebelum terjadi keheningan , terjadi ketegangan , letusan dan sentakan perasaan kedua insan yang bercinta ini, pelukan keduannya makin erat, kencang menyatukan keringat mereka berdua, mengakhiri pergumulan dan pelampiasan rasa rindu yang tertahan yang akan mengakhiri babak pertama.
Mereka berdua lemas bertumpah tindih , tertidur pulas Penyesalan tak kunjung tiba.
Beberapa saat kemudian Sang Putri keduluan terjaga , karena merasakan himpitan dan kehangatan badan Kesatria yang licin berlumuran keringat, dielusnya rambut yang menutupi wajah perjaka yang perkasa dalam segala hal khususnya di medan laga bercinta melebihi keperkasaan sang suami 20 tahun yang lalu.., pingin rasanya mengulang dan mengulang lagi babak pertama yang telah berlalu..perlahan lalahan tangan yang halus mulus sang putri mulai menelusuri punggung perjaka namun tiba-tiba dikagetkan dengan tanda luka di punggung kesatria sebelah kiri , mengingatkan putra yang telah diusirnya 10 tahun yang lalu.., mulailah timbul kecemasan, kegelisahan
dihati Sang Putri, mengingat jangan - jangan adegan bercinta yang baru saja mereka lakukan berdua , bersama dengan anak kandungnya yang hilang,..." oh !!!, itulah kata yang pertama keluar dari mulut sang putri sejak perjaka kestria memasuki kamarnya. Suara merduh oh!! yang terucap dari bibir sang Putri, menyebabkan perjaka kesatria tergeliat kaget , dengan perasaan seperti masih dilangit ke 7, perlahan lahan tetapi pasti , mulut kesatria perjaka mendekat kebibir sang putri, meraup lidah yang mengeliat mungil dalam mulut sang putri, sembari balas menyedot kembali fikiran sang putri bergejolak antara menolak babak berikut karena khawatir bercinta dengan
anak kandung sendiri atau melanjutkan adegan yang menjanjikan kenikmatan yang sulit dicari kedua kalinya yang telah hilang sejak 20 tahun yang silam. Karena perasaan keibuan sang putri ,menetapkan bahwa perjaka kesatria ini adalah putranya yang hilang dan ini tidak boleh terjadi lagi atau tidak boleh terulang, maksud hati sang putri untuk menolak adegan berikut, harus ditolak !!!, tetapi apamau dikata sewaktu sang putri menyiapkan tenaga untuk menolak siperjaka, tak terasa tongkat perjaka
mulai mengeliat dan tanpa bisa berbuat apa-apa, pinggul sang putri memutar kekiri dan meninggi maksudnya untuk menghindari tongkat yang mulai mengeras, tetapi justru gerakan pinggul sang putri ini menyebabkan tongkat makin tegang dan terjerumus makin dalam ketempat yang menyempit dan entah kenapa bibir sumur sang putri makin menyempit , maksudnya untuk menyemburkan keluar tetapi justru menyedotnya membuat tonkat kesatria kelelap tak karuan.., kalau sudah begini babak kedua kayaknya telah
dimulai, malah semakin hebat dari yang pertama. Kalau yang pertama bertemakan pelepasan rindu yang tertahan tetapi yang kedua ini bertema pembalasan dendam napsu yang tertahan.
Posisi keduanya berubah cepat dan lebih banyak membentuk angka 69,cuma di babak kedua ini disertai trik-trik mematikan yaitu tongkat perjaka dituntun dengan tangan yang halus sang putri memasuki kemulut kecil hangat dengan jepitan bibir yang tipis merekah disertai bantuan lidah yang mempermainkan ujung atau kepala tongkat seakan akan menggelitik kepala tongkat perjaka, yang kadang diselingi elusan dan kocokan lembut tangan sang putri, sangking nikmatnya perasaan perjaka , tidak menyadari juga
mempermainkan benjolan bagian atas sumur empuk sang putri yang merupakan titik kelemahan untuk menaklukkan mahkota sang putri, dibalas dengan perbuatan menggelitik dengan lidah , sesekali menggigit perlahan bibir sumur yang juga mengeluarkan wewangian bunga alam pegunungan menyebabkan sang putri kali ini benar benar takluk dan pasrah. Suatu keajaiban yang terjadi pada akhir babak kedua ini, pancuran air berlendir keluar dari tongkat perjaka melumuri seluruh wajah sang putri nan cantik
yang dituntun oleh tangan halus meyebar sampai bawah dagu dan leher sang putri, belum puas dengan itu membawa tongkat tersebut kebahagian diantara dua bukit didadanya yang menonjol tegang ,kemudian menjepitnya dengan menekannnya kedua belah sisi pegunungan lembut tersebut agar turut menjepit sehingga semua lendir hangat tersemprot . lain halnya siperjaka , membenamkan seluruh wajahnya termasuk kumis dan janggut tipis kedalam sumur mahkota sang putri, seakan akan melongok kedalam sumur yang gelap, hangat mencari sumber wewangian dan yang sering menjepit.
Akhir sessi ini, keduanya kembali keposisi berpelukan, lembut dan tangan kiri yang halus dari sang putri tetap memegang tongkat perjaka seakan akan takut kalau tongkat ini mengkerat dan mengecil, sedangkan tangan kanan perjaka mempermainkan tonjolan ujung puncak kedua gunung didada sang putri yang kadang-kadang dibantu dengan gelitikan ujung lidah kesatria perjaka. Kesatria terpulas dalam kenikmatan Dan sang putri tak henti-hentinya berdoa dengan rasa syukur serta sangat mengharapkan bahwa siperjaka kesatria yang tertidur pulas diatas tubuhnya ini, bukan anak kandungnya, tetapi kalau ternyata betul anak kandungnya, yah apa boleh buat, sudah terlanjur, dari pada dipikir-pikir kesulitannya, mau apa lagi, paling gampang dilanjutkan lagi kebabak ketiga. Itulah naluri kewanitaan sang Putri yang telah meluluh lantahkan naluri keibuannya.
Nekat karena terlanjur
Berfikir dan menghayal seperti ini , naluri kewanitaan sang putri mulai dikuasai oleh dewi cinta birahi dengan bisikan " Bukankah jauh lebih baik Kesatria perjaka yang masih dipelukannya ini adalah Anaknya dan sekaligus Suaminya" , sang putri takut kehilangan kedua-duanya lagi dan sekali lagi tak disadarinya genggaman pada tongkat perjaka ditangan kirinya kembali mengeras hangat,menyebabkan sang tongkat keduluan tegang ketimbang perjaka atau pemiliknya, difikiran sang putri terlukis wajah anaknya yang hilang namun bibirnya terucap "Suamiku, tubuh dan cinta ini kupasrahkan sepenuhnya kepadamu", sayup sayup bisikan sang putri terdengar membut kesatria
merasa berkewajiban kembali melaksanakan tugasnya sebagai Suami, ia akan memberikan yang terbaik kepada sang putri dan sekaligus calon istrinya dan menikmati bara cinta yang tak kunjung padam, perlahan lahan dan lembut sang perjaka terbangun serta membalikan dan menengkurapkan tubuh sang putri yang indah , mengangkat pingang membuat posisi sang putri bagaikan bersujut pasrah, perlahan lahan tongkatnya diselipkan diantara 2 paha putih mulus sang putri dari belakang, menelusuri alur masuk
kesumur lembut , kali ini kekuatan jepitan bibir sumur sang putri jauh lebih kuat dibandingkan dengan 2 sessi sebelumnya, mengharuskan kesatria menambah kekuatan dorongan agar tongkat dapat leluasa masuk keluar melawan jepitan dan gesekan bibir sumur yang lembut dan makin hangat, frekuensi dorongan tak terhitung lagi, melebihi denyutan jantung keduanya, tumbukan dan dorongan tongkat perjaka menyebabkan kedua gunung kenyal di dada sang putri ikut bergoyang bergelantungan, namun sang perjaka dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini sambil mendorong tongkatnya lebih dalam ia menopang dan meremas kedua gunung tersebut menyebabkan sang putri merasakan kenikmatan yang tak terhingga, tak terasa disela deru nafas sang putri terucap kata "Anakku, nikmatilah tubuh ini, semuanya hanya untukmu, berbuatlah sesukamu, milikilah dan nikmatilah sepuas-puasnya dan untuk selama-lamanya ", entah kenapa kata "Anakku" terlepas dari mulut sang putri, mungkin dikarenakan khayalannya yang takut kehilangan, namun siperjaka juga mulai juga kesurupan, terbayang wajah ibundanya 10 tahun yang lalu sambil asal ngomong, menanam tongkatnya lebih dalam dan meremas kedua gunung yang bergantug di dada sang putri dari belakang sambil mencium belakang lehernya, ia berkata " Ibunda yang jelita, kalau duhulu anakda hanya bisa
mempersembahkan hati harimau tetapi kali ini kumempersembahkan tongkat wasiat anakda untuk ibunda tercinta, jepitlah lebih keras sayangku, bila perlu patahkankanlah, tongkat ini hanya kupersembahkan kepada kekasihku ibunda yang cantik", entah kenapa dengan sapa "anak dan ibu" malah justru keduanya bak api yang disirami bensin, api cinta makin membesar diantara keduanya. Bahkan sang kesatria mulai membalikan dan merubah posisi tubuh sang putri dari tengkurap menjadi terlentang, lalu menariknya tubuh yang mungil dan indah kepangkuannya persis posisi tongkatnya berhadapan dan masuk langsung ke sumur sang putri, sambil menatap mata sang putri yang bola matanya semakin meninggi, ia berkata "kencangkan jepitannya ibundaku sayang", sang putri mendengarkan dengan sangat patuh, ia mulai pusatkan tenaga dipinggulnya kemudian mengencangkan otot bibir sumurnya yang berdampak tongkat perjaka makin terjepit dan terhisab masuk lebih dalam, kepala tongkat perjaka makin tersedot dan memberikan perlawanan dengan menggesakan kepalanya keseantero ruang sumur yang semakin menyempit. kedua tubuh kekar dan mungil semangkin mendekap lebih kencang, menanam tongkat lebih dalam, tidak puas menyedot mulut sang putri, mulai turun ke dua bukit dada, meyusui yang kadang diselingi gigitan ringan pada puncak bukit sang putri yang makin kenyal, membuatnya seluruh tubuh yang mungil itu tergeliat dan meliuk-liuk tak karuan, selang beberapa saat, perlahan lahan kesatria turun dari pembaringan, tanpa merenggangkan tubuh sang putri, agar tidak terlepas dililitkannya kedua kaki sang putri kepinggangnya, kemudian digendongnya tubuh yang mungil, tongakatnya tetap mendekam dalam sumur sang putri sambil dikecupnya dan dilumutnya mulut sang putri yang makin merekah, ia berdiri menggendong , kemudian mulai mengoyang badan sang putri yang makin kesurupan , menyebabkan tongkat keluar masuk, terasa tongkat perjaka mau terlepas , bibir sumurnya menjepit lebih keras, Kali in jurus yang mereka gunakan adalah Gendongan Maut setelah jurus pejantan dari belakang yang dilanjutkan dengan jurus duduk bersimpuh ,tak terasa jurus gendongan maut telah dimainkan selama sepeminum teh, rupanya sang putri tak tahan lagi dengan jurus ini, sambil berkata " Anakku, baringkan tubuh ibunda, tanamkan tongkat wasiatmu lebih dalam, peluklah tubuh ibunda sampai remuk, wahai anakku, Suamiku, saya tidak tahan lagi", perlahan lahan sang perjaka menurunkan tubuh sang putri yang indah dan mungil itu, dibaringkannya tanpa melepaskan tongkatnya, kemudian mengambil bantal untuk mengalas bokong sang putri, agar sumur kenyal, hangat dan nakal karena sering menjepit lebih membumbuh menonjol keatas memudahkan tongkatnya mencapai dasar sumur, dengan perlahan lahan tongkatnya dicabut , terdengar teriakan sang putri.."jangan anakku..ohhh" , perjaka memainkan tongkatnya kemudian didimasukkan kembali dalam sumur sang putri sambil berkata " ibundaku yang cantik, bersiaplah menerima tongkat anakmu ini, sambil menghitung satu, tongkat sudah tertanam sampai dasar sumur dengan tekanan penuh , duaaaaaaa, badan perjaka sudah menindih tubuh sang putri sambil kedua mulut sudah bersatu saling menyedot dan tangan tangan sudah saling berangkul kencang , tigaaaa...owwwww ,seluruh otot kedua anak manusia ini tegang sambil mengeram , tersemburlah lendir keduanya bercampur dengan perasaan nikmat , lalu hening , sunyi, mereka berdua masih berangkulan tanpa satupun ornamen yang melekat ditubuhnya , menyatu bagaikan bayi yang baru saja dilahirkan , tertidur pulas untuk yang kesekian kalinya setelah melalui babak yang ketiga.
Berjalan jalan di taman
Setelah melewati badai samodra cinta yang mengelora dahsyat , semalam suntuk , kedua insyan yang masih dimabok kasmaran ini duduk santai dipelataran istana yang megah, Sambil menerawang jauh kedepan ,Sang Putri menyandarkan badan dan kepala di dada Kesatria yang tegar yang memeluknya setengah lingkaran dengan tangan kanannya yang kuat, dan tangan kiri kesatria melerai anak rambut sang putri jatuh menutupi wajah ceria namun goresan awan tipis keraguan terkadang muncul yang entah apa sebabnya, Tiba-tiba keheningan dipecahkan dengan suara merdu sang putri dan sedikit tergetar " Kakanda , calon suamiku, siapakah gerangan yang melukai punggung kiri kakanda sehingga meninggalkan luka goresan yang begitu mendalam?? ", Sang Putri sangat diliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran , ketakutannya apabila luka tersebut akibat perbuatannya 10 tahun lalu maka selama hayatnya ia akan menanggung dosa yang tak terapunkan, rasa malu dan nista akibat perbuatan bersetubuh, bersanggamah tanpa batas dengan putra kandungnya sendiri, tak terasa tubuh sang putri mulai tergoncang dan lembab mengeluarkan wewangian mengalahkan wewangian kembang ditaman istana, dan getaran ini juga dirasakan oleh san kesatria , namun dengan tenang kesatria mengecup kening sang putri balas berkata " Adindaku yang tercinta , alangkah indahnya suasana pagi yang cerah ini, maukah adinda menemani berjalan - jalan ditaman sambil bercerita pengalaman masa lalu kakanda?, siapa tau dalam suasana yang indah ini dapat mengembalikan ingatan kekanda yang telah hilang sepuluh tahun yang lalu", dalam keraguan sang putri mengharapkan bahwa kesatria lupa akan segala-galannya, tetapi hati nurani sang putri mengatakan bahwa kesatria ini adalah anak kandungnya, karena bathinnya mengatakan demikian , demikian pula penglihatannya menampakan samar - samar kemiripan wajah anaknya dan wajah suaminya 20 tahun yang lalu.
Karena ajakan calon suami untuk berjalan-jalan , tak terasa tubuhnya yang mungil beranjak bergerak dan mengulurkan tangan kirinya untuk dipapah oleh kesatria. Entah berjalan beberapa lama sambil berlari-lari kecil , sang putri tak henti-hentinya mengejar kupu-kupu yang berterbangan dan hingap di satu kembang ke kembang lainnya. kadang kadang kalau sang putri kelelahan, dirangkulnya pinggang calon isterinya itu dan menariknya ketubuhnya lebih dekat, dikecupnya kening sang putri, dan menurun sedikit ke bibir tipis yang merekah , membuat kedua insan ini lupa akan segalannya , termasuk janji kesatria untuk menceritakan pengalamannya yang lalu, juga sang putri sengaja atau tidak sengaja , nampaknya tidak menginginkan jawaban yang mungkin akan merusak suasana kebahagiannya.
Tak terasa matahari telah condong kebarat , bayang-bayang mereka berdua jatuh kebelakan yang lebih banyak kelihatan menyatu , tibalah mereka berdua di tepi telaga
dipinggir hutan taman istana. "Kesatriaku yang perkasa, izinkan adinda untuk duduk beristirahat sejenak diatas batu-pinggir telaga itu, petikanlah adinda beberapa buah orange yang harum dan manis itu" sambil telunjuk mungil sang putri menunjuk buah jeruk segar yang telah matang.
Diatas batu, Tepi Hutan
Tidak berfikir panjang, kesatria langsung menghilang di balik pohon semak untuk memenuhi permintaan sang putri, setiba kembali ditangan kesatria menjinjing setangkai buah orenge yang segar dan matang , tertegun dan begong melihat sang putri telah mengurai rambut yang hitam bergelombang menutupi bahu kiri dan kedua bukit didadanya , bukit itu sangat mirip dengan buah orang yang ada ditangannya. Naluri kejantanan sang kesatria mulai terusik mengingatkan gejolak asmara yang telah mereka lakukan berdua semalam.., dalam kebingungannya terdengar suara merdu sang putri " Kakanda tercinta, Adinda ingin membersihkan tubuh ini sejenak di air telaga yang jernih dan tenang ini, tolong kakanda membantu adinda untuk melepaskan lilitan kain di pinggang adinda", seperti waktu disuruh untuk memetik buah orange tadi, kesatria tanpa berkata -kata terbang mendekati sang putri untuk membantunya, setelah membuka beberapa lilitan kain sang putri, tiba tiba sang putri juga mulai menggerakkan kedua lengannya kebahagian atas kepala perjaka untuk membuka ikat kepalanya memberi peluang ketiak sang putri halus dan putih terbuka bebas menarik kedua bukit lembut didadanya tersembul menopang dagu perjaka, dan perlahan lahan turun untuk melanjutkan membuka ikat pinggang , keduanya sangat cekatan dan cepat saling tolong menolong untuk melepaskan penghalang ditubuh mereka berdua , tanpa kata-kata kedua mulut merekapun telah bersatu, tangan-tangan mereka dengan cekatan pula mencari tonjolan -tonjolan lawan jenisnya yang entah kapan pelindungnya melorot ditinggal pergi. Tangan sang putri sibuk mempermainkan tongkat dibagian selangkan perjaka, kedua tangan perjaka sibuk bermain gundukan di kedua bukit dada sang putri yang kadang kadang diselingi ke sumur empuk bagian bawah pusat sang putri, semuanya sibuk dan berjalan cepat dalam posisi berdiri.
Kicauan burung yang mermesraan di atas ranting saling , bersahut2an seakan akan menemani dan menambah indahnya suasana nikmat kedua insan yang dimabuk asmara-birahi. Sedetik kemudian mereka mulai memainkan jurus gendongan maut , lebih dahsyat dibandingkan semalam dikamar sang putri, kali ini di alam bebas , udara segar , sejuk dan bunyi keciprak air telaga yang kedatangan burung menyambar ikan dipermukaannya. dan irama gesekan daun yang terhembus angin lembut, selembut gerakan kedua insan yang sedang memadu ketangkasan menuju langit ke 7. Semalam dikamar sang putri jurus ini dimainkan setelah jurus duduk bersimpuh, tetapi kali ini jurus duduk bersimpuh dimainkan setelah gendongan maut, perlahan lahan kaki kanan kesatria mulai ditekuk, kaki kiri lurus kedepan untuk mengambil posisi duduk , keduanya duduk ...bentukan
X , sang putri duduk berhadapan diatas pangkuan kesatria , tanpa melepaskan tongkat kesatria yang kelelap di sumur mahkota sang putri walau sekejap. mulut keduanya ikut bersatu membuat suatu ruangan kecil dimana kedua lidah sang putri dan perjaka saling mengelitik, empat buah tangan merayap melanglang buana entah kemana mencari dan membantu agar kedua tubuh yang kekar dan mungil makin lekat , terkadang saling membantu menarik bokong keduannya agar tongkat terhisap sampai kedasar sumur yang empuk dan menjepit. diatas batu di pinggir telaga. ditepi hutan , semuanya terjadi dengan satu perasaan kenikmatan yang tiada taranya. Batu itu berdiri kokoh, tidak goyah , sekalipun telah terjadi ledakan api asmara yang dahsyat , ia tetap ditempatnya menjadi saksi bisu kisah cinta - birahi dua insan yang sedang menggelora Telaga yang jernih Entah kapan keduanya bersepakat untuk ,mencemplungkan diri ke telaga yang tenang dan jernih.
Putranya yang tersayang, dan selama kepergian orang yang dicintainya, kekosongan, kesepian dan kesehariannya hanya diisi dengan merawat tubuhnya yang cantik bak bidadari dari khayangan. Kecantikan sang putri tersebar sampai ke pulau seberang melebihi kecantikan 10 tahun yang lalu
dan tercantik dari seluruh yang cantik di Nedgri itu.
Hari ini sang Putri dilamar oleh seorang Kesatria perjaka yang mirip kedua orang terkasih Kesatria Perjaka Tidak mengetahui siapa sebenarnya dirinya itu, yang dia ingat bahwa setelah ia diusir oleh ibunda dia berlari 3 hari 3 malam akhirnya ia terjatuh entah dimana, kemudian Kesatria ditolong oleh penduduk, setelah perawatan 7 hari , sang perjaka melanjutkan pengembaraannya dan berguru pada seorang pertapa menjadikannya Kesatria perkasa sakti mandra guna dan dalam pengembaraannya kesatria menaklukan lawan-lawannya satu persatu dan suka menolong sesama yang menderita.Kesatria lupa segalanya-galanya , yang dia ketahui bahwa sewaktu ditolong oleh penduduk desa ia sementara mengenakan kalung giok yang tak ternilai harganya, Sekarang Kesatria adalah pemenang mutlak suatu sayembara dan diperkenangkan menikahi seorang putri yang cantik jelita, kecantikannya melebihi berita yang tersebar keseantero Negeri
Pelepasan rindu yang tertahan
Tanpa pikir panjang, Kesatria bergegas ke kamar Sang Putri. Sambil mendekat dan menemukan sang putri duduk ditepian pembaringan sambil tersenyum manis namun dipelupuk matanya tampak butir air mata bak mutiara yang memancarkan kebahagian yang tak terhingga. serta merta tangan Kesatria memeluk sang kekasih , mendekap bibir yang mungil
merekah, dan sambutan hangat dari Sang Putri yang tidak kalah aktifnya seakan akan pelampiasan perasaan rindu yang tertahan selama bertahun-tahun..., tak satupun kata kata yang terucap dari kedua insan yang lagi dimabuk kesmaran..lupa segala-galanya, rasanya berada dilangit yang ketujuh, jauh dari kesibukan dunia, kesenangan dan kenikmatan yang meliputi seluruh tonjolan yang menegang dan pori-pori yang mulai mengeluarkan wewangian keringat, tak disadari kedua-duanya saling membantu melepaskan semua ornamen-ornamen yang menutupi tubuh mereka, memberikan peluang semua bentuk tonjolan berkubang dilembah sumur lawan jenisnya, tongkat Kesatria terpeleset kedalam sumur lembut dan hangat milik Sang Putri, megap-megap , keluar-masuk, gerakan pinggul Sang Putri yang indah, kiri-kanan kadang kadang memutar menyeimbangkan gerakan naik turun dari bokong Kesatria, tubuh merekapun silih berganti menukar posisi, kadang-kadan dibawah, terkadang diatas, namun lebih banyak posisi yang tidak beraturan terkadang membentuk angka 69 atau sebaliknya, yang satu duduk diatas, yang lainnya mempertahankan posisi agar tongkat Kesatria tidak terlepas keluar dari bibir
sumur lembut hangat dan menjepit milik Sang Putri. Hanya bunyi nafas yang menderu dari keduanya mengalahkan suara kicauan burung yang bertengger diranting menonton dari diluar jendela. Entah berapa waktu, sebelum terjadi keheningan , terjadi ketegangan , letusan dan sentakan perasaan kedua insan yang bercinta ini, pelukan keduannya makin erat, kencang menyatukan keringat mereka berdua, mengakhiri pergumulan dan pelampiasan rasa rindu yang tertahan yang akan mengakhiri babak pertama.
Mereka berdua lemas bertumpah tindih , tertidur pulas Penyesalan tak kunjung tiba.
Beberapa saat kemudian Sang Putri keduluan terjaga , karena merasakan himpitan dan kehangatan badan Kesatria yang licin berlumuran keringat, dielusnya rambut yang menutupi wajah perjaka yang perkasa dalam segala hal khususnya di medan laga bercinta melebihi keperkasaan sang suami 20 tahun yang lalu.., pingin rasanya mengulang dan mengulang lagi babak pertama yang telah berlalu..perlahan lalahan tangan yang halus mulus sang putri mulai menelusuri punggung perjaka namun tiba-tiba dikagetkan dengan tanda luka di punggung kesatria sebelah kiri , mengingatkan putra yang telah diusirnya 10 tahun yang lalu.., mulailah timbul kecemasan, kegelisahan
dihati Sang Putri, mengingat jangan - jangan adegan bercinta yang baru saja mereka lakukan berdua , bersama dengan anak kandungnya yang hilang,..." oh !!!, itulah kata yang pertama keluar dari mulut sang putri sejak perjaka kestria memasuki kamarnya. Suara merduh oh!! yang terucap dari bibir sang Putri, menyebabkan perjaka kesatria tergeliat kaget , dengan perasaan seperti masih dilangit ke 7, perlahan lahan tetapi pasti , mulut kesatria perjaka mendekat kebibir sang putri, meraup lidah yang mengeliat mungil dalam mulut sang putri, sembari balas menyedot kembali fikiran sang putri bergejolak antara menolak babak berikut karena khawatir bercinta dengan
anak kandung sendiri atau melanjutkan adegan yang menjanjikan kenikmatan yang sulit dicari kedua kalinya yang telah hilang sejak 20 tahun yang silam. Karena perasaan keibuan sang putri ,menetapkan bahwa perjaka kesatria ini adalah putranya yang hilang dan ini tidak boleh terjadi lagi atau tidak boleh terulang, maksud hati sang putri untuk menolak adegan berikut, harus ditolak !!!, tetapi apamau dikata sewaktu sang putri menyiapkan tenaga untuk menolak siperjaka, tak terasa tongkat perjaka
mulai mengeliat dan tanpa bisa berbuat apa-apa, pinggul sang putri memutar kekiri dan meninggi maksudnya untuk menghindari tongkat yang mulai mengeras, tetapi justru gerakan pinggul sang putri ini menyebabkan tongkat makin tegang dan terjerumus makin dalam ketempat yang menyempit dan entah kenapa bibir sumur sang putri makin menyempit , maksudnya untuk menyemburkan keluar tetapi justru menyedotnya membuat tonkat kesatria kelelap tak karuan.., kalau sudah begini babak kedua kayaknya telah
dimulai, malah semakin hebat dari yang pertama. Kalau yang pertama bertemakan pelepasan rindu yang tertahan tetapi yang kedua ini bertema pembalasan dendam napsu yang tertahan.
Posisi keduanya berubah cepat dan lebih banyak membentuk angka 69,cuma di babak kedua ini disertai trik-trik mematikan yaitu tongkat perjaka dituntun dengan tangan yang halus sang putri memasuki kemulut kecil hangat dengan jepitan bibir yang tipis merekah disertai bantuan lidah yang mempermainkan ujung atau kepala tongkat seakan akan menggelitik kepala tongkat perjaka, yang kadang diselingi elusan dan kocokan lembut tangan sang putri, sangking nikmatnya perasaan perjaka , tidak menyadari juga
mempermainkan benjolan bagian atas sumur empuk sang putri yang merupakan titik kelemahan untuk menaklukkan mahkota sang putri, dibalas dengan perbuatan menggelitik dengan lidah , sesekali menggigit perlahan bibir sumur yang juga mengeluarkan wewangian bunga alam pegunungan menyebabkan sang putri kali ini benar benar takluk dan pasrah. Suatu keajaiban yang terjadi pada akhir babak kedua ini, pancuran air berlendir keluar dari tongkat perjaka melumuri seluruh wajah sang putri nan cantik
yang dituntun oleh tangan halus meyebar sampai bawah dagu dan leher sang putri, belum puas dengan itu membawa tongkat tersebut kebahagian diantara dua bukit didadanya yang menonjol tegang ,kemudian menjepitnya dengan menekannnya kedua belah sisi pegunungan lembut tersebut agar turut menjepit sehingga semua lendir hangat tersemprot . lain halnya siperjaka , membenamkan seluruh wajahnya termasuk kumis dan janggut tipis kedalam sumur mahkota sang putri, seakan akan melongok kedalam sumur yang gelap, hangat mencari sumber wewangian dan yang sering menjepit.
Akhir sessi ini, keduanya kembali keposisi berpelukan, lembut dan tangan kiri yang halus dari sang putri tetap memegang tongkat perjaka seakan akan takut kalau tongkat ini mengkerat dan mengecil, sedangkan tangan kanan perjaka mempermainkan tonjolan ujung puncak kedua gunung didada sang putri yang kadang-kadang dibantu dengan gelitikan ujung lidah kesatria perjaka. Kesatria terpulas dalam kenikmatan Dan sang putri tak henti-hentinya berdoa dengan rasa syukur serta sangat mengharapkan bahwa siperjaka kesatria yang tertidur pulas diatas tubuhnya ini, bukan anak kandungnya, tetapi kalau ternyata betul anak kandungnya, yah apa boleh buat, sudah terlanjur, dari pada dipikir-pikir kesulitannya, mau apa lagi, paling gampang dilanjutkan lagi kebabak ketiga. Itulah naluri kewanitaan sang Putri yang telah meluluh lantahkan naluri keibuannya.
Nekat karena terlanjur
Berfikir dan menghayal seperti ini , naluri kewanitaan sang putri mulai dikuasai oleh dewi cinta birahi dengan bisikan " Bukankah jauh lebih baik Kesatria perjaka yang masih dipelukannya ini adalah Anaknya dan sekaligus Suaminya" , sang putri takut kehilangan kedua-duanya lagi dan sekali lagi tak disadarinya genggaman pada tongkat perjaka ditangan kirinya kembali mengeras hangat,menyebabkan sang tongkat keduluan tegang ketimbang perjaka atau pemiliknya, difikiran sang putri terlukis wajah anaknya yang hilang namun bibirnya terucap "Suamiku, tubuh dan cinta ini kupasrahkan sepenuhnya kepadamu", sayup sayup bisikan sang putri terdengar membut kesatria
merasa berkewajiban kembali melaksanakan tugasnya sebagai Suami, ia akan memberikan yang terbaik kepada sang putri dan sekaligus calon istrinya dan menikmati bara cinta yang tak kunjung padam, perlahan lahan dan lembut sang perjaka terbangun serta membalikan dan menengkurapkan tubuh sang putri yang indah , mengangkat pingang membuat posisi sang putri bagaikan bersujut pasrah, perlahan lahan tongkatnya diselipkan diantara 2 paha putih mulus sang putri dari belakang, menelusuri alur masuk
kesumur lembut , kali ini kekuatan jepitan bibir sumur sang putri jauh lebih kuat dibandingkan dengan 2 sessi sebelumnya, mengharuskan kesatria menambah kekuatan dorongan agar tongkat dapat leluasa masuk keluar melawan jepitan dan gesekan bibir sumur yang lembut dan makin hangat, frekuensi dorongan tak terhitung lagi, melebihi denyutan jantung keduanya, tumbukan dan dorongan tongkat perjaka menyebabkan kedua gunung kenyal di dada sang putri ikut bergoyang bergelantungan, namun sang perjaka dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini sambil mendorong tongkatnya lebih dalam ia menopang dan meremas kedua gunung tersebut menyebabkan sang putri merasakan kenikmatan yang tak terhingga, tak terasa disela deru nafas sang putri terucap kata "Anakku, nikmatilah tubuh ini, semuanya hanya untukmu, berbuatlah sesukamu, milikilah dan nikmatilah sepuas-puasnya dan untuk selama-lamanya ", entah kenapa kata "Anakku" terlepas dari mulut sang putri, mungkin dikarenakan khayalannya yang takut kehilangan, namun siperjaka juga mulai juga kesurupan, terbayang wajah ibundanya 10 tahun yang lalu sambil asal ngomong, menanam tongkatnya lebih dalam dan meremas kedua gunung yang bergantug di dada sang putri dari belakang sambil mencium belakang lehernya, ia berkata " Ibunda yang jelita, kalau duhulu anakda hanya bisa
mempersembahkan hati harimau tetapi kali ini kumempersembahkan tongkat wasiat anakda untuk ibunda tercinta, jepitlah lebih keras sayangku, bila perlu patahkankanlah, tongkat ini hanya kupersembahkan kepada kekasihku ibunda yang cantik", entah kenapa dengan sapa "anak dan ibu" malah justru keduanya bak api yang disirami bensin, api cinta makin membesar diantara keduanya. Bahkan sang kesatria mulai membalikan dan merubah posisi tubuh sang putri dari tengkurap menjadi terlentang, lalu menariknya tubuh yang mungil dan indah kepangkuannya persis posisi tongkatnya berhadapan dan masuk langsung ke sumur sang putri, sambil menatap mata sang putri yang bola matanya semakin meninggi, ia berkata "kencangkan jepitannya ibundaku sayang", sang putri mendengarkan dengan sangat patuh, ia mulai pusatkan tenaga dipinggulnya kemudian mengencangkan otot bibir sumurnya yang berdampak tongkat perjaka makin terjepit dan terhisab masuk lebih dalam, kepala tongkat perjaka makin tersedot dan memberikan perlawanan dengan menggesakan kepalanya keseantero ruang sumur yang semakin menyempit. kedua tubuh kekar dan mungil semangkin mendekap lebih kencang, menanam tongkat lebih dalam, tidak puas menyedot mulut sang putri, mulai turun ke dua bukit dada, meyusui yang kadang diselingi gigitan ringan pada puncak bukit sang putri yang makin kenyal, membuatnya seluruh tubuh yang mungil itu tergeliat dan meliuk-liuk tak karuan, selang beberapa saat, perlahan lahan kesatria turun dari pembaringan, tanpa merenggangkan tubuh sang putri, agar tidak terlepas dililitkannya kedua kaki sang putri kepinggangnya, kemudian digendongnya tubuh yang mungil, tongakatnya tetap mendekam dalam sumur sang putri sambil dikecupnya dan dilumutnya mulut sang putri yang makin merekah, ia berdiri menggendong , kemudian mulai mengoyang badan sang putri yang makin kesurupan , menyebabkan tongkat keluar masuk, terasa tongkat perjaka mau terlepas , bibir sumurnya menjepit lebih keras, Kali in jurus yang mereka gunakan adalah Gendongan Maut setelah jurus pejantan dari belakang yang dilanjutkan dengan jurus duduk bersimpuh ,tak terasa jurus gendongan maut telah dimainkan selama sepeminum teh, rupanya sang putri tak tahan lagi dengan jurus ini, sambil berkata " Anakku, baringkan tubuh ibunda, tanamkan tongkat wasiatmu lebih dalam, peluklah tubuh ibunda sampai remuk, wahai anakku, Suamiku, saya tidak tahan lagi", perlahan lahan sang perjaka menurunkan tubuh sang putri yang indah dan mungil itu, dibaringkannya tanpa melepaskan tongkatnya, kemudian mengambil bantal untuk mengalas bokong sang putri, agar sumur kenyal, hangat dan nakal karena sering menjepit lebih membumbuh menonjol keatas memudahkan tongkatnya mencapai dasar sumur, dengan perlahan lahan tongkatnya dicabut , terdengar teriakan sang putri.."jangan anakku..ohhh" , perjaka memainkan tongkatnya kemudian didimasukkan kembali dalam sumur sang putri sambil berkata " ibundaku yang cantik, bersiaplah menerima tongkat anakmu ini, sambil menghitung satu, tongkat sudah tertanam sampai dasar sumur dengan tekanan penuh , duaaaaaaa, badan perjaka sudah menindih tubuh sang putri sambil kedua mulut sudah bersatu saling menyedot dan tangan tangan sudah saling berangkul kencang , tigaaaa...owwwww ,seluruh otot kedua anak manusia ini tegang sambil mengeram , tersemburlah lendir keduanya bercampur dengan perasaan nikmat , lalu hening , sunyi, mereka berdua masih berangkulan tanpa satupun ornamen yang melekat ditubuhnya , menyatu bagaikan bayi yang baru saja dilahirkan , tertidur pulas untuk yang kesekian kalinya setelah melalui babak yang ketiga.
Berjalan jalan di taman
Setelah melewati badai samodra cinta yang mengelora dahsyat , semalam suntuk , kedua insyan yang masih dimabok kasmaran ini duduk santai dipelataran istana yang megah, Sambil menerawang jauh kedepan ,Sang Putri menyandarkan badan dan kepala di dada Kesatria yang tegar yang memeluknya setengah lingkaran dengan tangan kanannya yang kuat, dan tangan kiri kesatria melerai anak rambut sang putri jatuh menutupi wajah ceria namun goresan awan tipis keraguan terkadang muncul yang entah apa sebabnya, Tiba-tiba keheningan dipecahkan dengan suara merdu sang putri dan sedikit tergetar " Kakanda , calon suamiku, siapakah gerangan yang melukai punggung kiri kakanda sehingga meninggalkan luka goresan yang begitu mendalam?? ", Sang Putri sangat diliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran , ketakutannya apabila luka tersebut akibat perbuatannya 10 tahun lalu maka selama hayatnya ia akan menanggung dosa yang tak terapunkan, rasa malu dan nista akibat perbuatan bersetubuh, bersanggamah tanpa batas dengan putra kandungnya sendiri, tak terasa tubuh sang putri mulai tergoncang dan lembab mengeluarkan wewangian mengalahkan wewangian kembang ditaman istana, dan getaran ini juga dirasakan oleh san kesatria , namun dengan tenang kesatria mengecup kening sang putri balas berkata " Adindaku yang tercinta , alangkah indahnya suasana pagi yang cerah ini, maukah adinda menemani berjalan - jalan ditaman sambil bercerita pengalaman masa lalu kakanda?, siapa tau dalam suasana yang indah ini dapat mengembalikan ingatan kekanda yang telah hilang sepuluh tahun yang lalu", dalam keraguan sang putri mengharapkan bahwa kesatria lupa akan segala-galannya, tetapi hati nurani sang putri mengatakan bahwa kesatria ini adalah anak kandungnya, karena bathinnya mengatakan demikian , demikian pula penglihatannya menampakan samar - samar kemiripan wajah anaknya dan wajah suaminya 20 tahun yang lalu.
Karena ajakan calon suami untuk berjalan-jalan , tak terasa tubuhnya yang mungil beranjak bergerak dan mengulurkan tangan kirinya untuk dipapah oleh kesatria. Entah berjalan beberapa lama sambil berlari-lari kecil , sang putri tak henti-hentinya mengejar kupu-kupu yang berterbangan dan hingap di satu kembang ke kembang lainnya. kadang kadang kalau sang putri kelelahan, dirangkulnya pinggang calon isterinya itu dan menariknya ketubuhnya lebih dekat, dikecupnya kening sang putri, dan menurun sedikit ke bibir tipis yang merekah , membuat kedua insan ini lupa akan segalannya , termasuk janji kesatria untuk menceritakan pengalamannya yang lalu, juga sang putri sengaja atau tidak sengaja , nampaknya tidak menginginkan jawaban yang mungkin akan merusak suasana kebahagiannya.
Tak terasa matahari telah condong kebarat , bayang-bayang mereka berdua jatuh kebelakan yang lebih banyak kelihatan menyatu , tibalah mereka berdua di tepi telaga
dipinggir hutan taman istana. "Kesatriaku yang perkasa, izinkan adinda untuk duduk beristirahat sejenak diatas batu-pinggir telaga itu, petikanlah adinda beberapa buah orange yang harum dan manis itu" sambil telunjuk mungil sang putri menunjuk buah jeruk segar yang telah matang.
Diatas batu, Tepi Hutan
Tidak berfikir panjang, kesatria langsung menghilang di balik pohon semak untuk memenuhi permintaan sang putri, setiba kembali ditangan kesatria menjinjing setangkai buah orenge yang segar dan matang , tertegun dan begong melihat sang putri telah mengurai rambut yang hitam bergelombang menutupi bahu kiri dan kedua bukit didadanya , bukit itu sangat mirip dengan buah orang yang ada ditangannya. Naluri kejantanan sang kesatria mulai terusik mengingatkan gejolak asmara yang telah mereka lakukan berdua semalam.., dalam kebingungannya terdengar suara merdu sang putri " Kakanda tercinta, Adinda ingin membersihkan tubuh ini sejenak di air telaga yang jernih dan tenang ini, tolong kakanda membantu adinda untuk melepaskan lilitan kain di pinggang adinda", seperti waktu disuruh untuk memetik buah orange tadi, kesatria tanpa berkata -kata terbang mendekati sang putri untuk membantunya, setelah membuka beberapa lilitan kain sang putri, tiba tiba sang putri juga mulai menggerakkan kedua lengannya kebahagian atas kepala perjaka untuk membuka ikat kepalanya memberi peluang ketiak sang putri halus dan putih terbuka bebas menarik kedua bukit lembut didadanya tersembul menopang dagu perjaka, dan perlahan lahan turun untuk melanjutkan membuka ikat pinggang , keduanya sangat cekatan dan cepat saling tolong menolong untuk melepaskan penghalang ditubuh mereka berdua , tanpa kata-kata kedua mulut merekapun telah bersatu, tangan-tangan mereka dengan cekatan pula mencari tonjolan -tonjolan lawan jenisnya yang entah kapan pelindungnya melorot ditinggal pergi. Tangan sang putri sibuk mempermainkan tongkat dibagian selangkan perjaka, kedua tangan perjaka sibuk bermain gundukan di kedua bukit dada sang putri yang kadang kadang diselingi ke sumur empuk bagian bawah pusat sang putri, semuanya sibuk dan berjalan cepat dalam posisi berdiri.
Kicauan burung yang mermesraan di atas ranting saling , bersahut2an seakan akan menemani dan menambah indahnya suasana nikmat kedua insan yang dimabuk asmara-birahi. Sedetik kemudian mereka mulai memainkan jurus gendongan maut , lebih dahsyat dibandingkan semalam dikamar sang putri, kali ini di alam bebas , udara segar , sejuk dan bunyi keciprak air telaga yang kedatangan burung menyambar ikan dipermukaannya. dan irama gesekan daun yang terhembus angin lembut, selembut gerakan kedua insan yang sedang memadu ketangkasan menuju langit ke 7. Semalam dikamar sang putri jurus ini dimainkan setelah jurus duduk bersimpuh, tetapi kali ini jurus duduk bersimpuh dimainkan setelah gendongan maut, perlahan lahan kaki kanan kesatria mulai ditekuk, kaki kiri lurus kedepan untuk mengambil posisi duduk , keduanya duduk ...bentukan
X , sang putri duduk berhadapan diatas pangkuan kesatria , tanpa melepaskan tongkat kesatria yang kelelap di sumur mahkota sang putri walau sekejap. mulut keduanya ikut bersatu membuat suatu ruangan kecil dimana kedua lidah sang putri dan perjaka saling mengelitik, empat buah tangan merayap melanglang buana entah kemana mencari dan membantu agar kedua tubuh yang kekar dan mungil makin lekat , terkadang saling membantu menarik bokong keduannya agar tongkat terhisap sampai kedasar sumur yang empuk dan menjepit. diatas batu di pinggir telaga. ditepi hutan , semuanya terjadi dengan satu perasaan kenikmatan yang tiada taranya. Batu itu berdiri kokoh, tidak goyah , sekalipun telah terjadi ledakan api asmara yang dahsyat , ia tetap ditempatnya menjadi saksi bisu kisah cinta - birahi dua insan yang sedang menggelora Telaga yang jernih Entah kapan keduanya bersepakat untuk ,mencemplungkan diri ke telaga yang tenang dan jernih.
ConversionConversion EmoticonEmoticon