Ada satu cerita yang sangat menarik (terlepas dari benar tidaknya cerita ini, paling tidak kita bisa ambil sebuah pelajaran) tentang seorang perawat.
Perawat itu seorang wanita. Dia memiliki dua orang anak, yang paling besar kelas 1 SMP dan yang kecil kelas 5 SD. Sebagaimana tugas seorang perawat, maka dia harus berangkat ke rumah sakit, kadang pagi-pagi sekali dan tidak jarang pula berangkat malam hari. Nah…Satu kali dia memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan keseimbangan nutrisi, dan karena dia adalah perawat yang terampil, maka asuhan yang diberikannya sangat memuaskan klien.
Tapi satu hal yang membuat miris, ternyata di rumahnya kedua orang anaknya mengalami kekurangan gizi. Mereka (dalam masa tumbuh kembang) tidak bisa mendapatkan gizi sesuai dengan usia mereka. Kenapa koq bisa terjadi seperti itu? Apakah ibunya tidak tahu tentang bagaimana memberikan gizi yang baik untuk anak dalam masa tumbuh kembang? (tidak! Bahkan askep gizinya sempat membuat pasien puas). Selidik punya selidik, ternyata gajinya sebagai perawat di rumah sakit tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya termasuk memberikan gizi yang baik kepada anaknya.
Apa yang bisa kita ambil dari cerita ini?
Ada beberapa hal yang bisa digaris bawahi dari cerita ini, diantaranya adalah apa benar gaji perawat itu kecil? Kalau memang benar, mengapa perawat mau digaji kecil, padahal tugasnya banyak dan berat? Ini sebagai bahan evaluasi bagi kita, bagi organisasi profesi, dan tentunya bagi pemerintah. Sudahkah mereka memperhatikan kesejahteraan perawat? Maka RUU Keperawatan jawabannya!
Hal lain yang bisa kita ambil dari cerita ini adalah sudahkah perawat memperhatikan kesejahteraan dirinya? Jika memang tahu gajinya kecil, mengapa tidak berusaha untuk mencari tambahan pendapatan yang lain?
Untuk menjawab ini sebenarnya cukup sederhana. Perawat itu kan perannya tidak hanya satu (care giver ‘pemberi pelayanan’ ) saja, mengapa peran-peran lain tidak dimanfaatkan. Perawat bisa menjadi peneliti, pendidik, penulis, dan bahkan menjadi marketer ataupun pengusaha.
Nah…Sekarang kita akan fokus pada bagaimana perawat bisa menjadi Nursepreneur(perawat pengusaha).
Sebuah ungkapan yang pernah disampaikan oleh salah seorang guru entrepreneur Indonesia, Valentino Dinsi, yang digambarkan dalam bukunya, yaitu “Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian!” yang jika dianalogikan menjadi “Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Perawat Gajian!”. Artinya apa? Sudah saatnya perawat menghilangkan mental-mental pegawai dalam dirinya, karena hal ini selain membuatnya tidak terlalu ’semangat’ memberikan layanan yang terbaik (service excellent), “kerja baik atau nggak, toh saya tetap terima gaji tiap bulan!”, juga membuat kesejahteraannya terganggu (tidak semua, namun kebanyakan demikian).
Maka solusinya, ya jadi Nursepreneur (perawat pengusaha). Caranya bagaimana? Banyak sekali resources yang bisa kita gunakan terutama di internet untuk belajar menjadi perawat pengusaha. Anda bisa belajar bersama
ConversionConversion EmoticonEmoticon